*) Oleh : Abdul Hamid
Bagi orang Madura di Kalimantan ataupun dimana saja mereka tinggal, Bulan Rabiul Awwal dalam penanggalan Hijriyah begitu istimewa. Keistimewaan itu setidaknya tergambar dalam tiga bentuk tradisi yang selalu dirayakan dengan suka cita saat memasuki bulan Rabiul Awwal atau bulan Molod orang Madura menyebutnya.

Kemeriahan tradisi maulid Nabi diawali degan tradisi Cocoghen. Dimana perayaan ini bersifat komunal karena pada saat malam 1 Rabiul Awwal orang Madura akan berbondong-bondong datang ke surau atau masjid membaca maulid seraya membawa makanan dan buah-buahan untuk disedekahkan atau dimakan secara bersama-sama.
Kemudian pada malam 12 Rabiul Awwal, orang Madura akan mendatangi masjid atau surau kembali untuk membaca shalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini orang Madura menyebutnya dengan Dubellasan.
Tradisi Dubellasan atau malam dua belas Rabiul Awwal dirayakan serentak dengan begitu meriah. Suasana kemeriahan nya terasa sekali di Masjid-masjid ataupun surau bahkan bisa melebihi perayaan hari raya Idul Fitri maupun hari raya Idul Adha. Dubellasan bagi orang Madura merupakan sebagai wujud rasa syukur dan perayaan atas lahirnya kekasih Allah- Nabi Muhammad SAW.
Beragam makanan dan buah-buahan pun dihantarkan kembali ke Masjid atau ke surau terdekat sebagai sedekah. Orang Madura tidak segan mengeluarkan uang untuk membeli buah-buahan terbaik serta menghidangkan makanan yang istimewa kepada para “tamu” rasulullah tersebut.
Tradisi Dubellasan bagi orang Madura menjadi momentum untuk memperkuat tali silaturrahim kepada sesama muslim terutama para ulama, habaib atau kiai. Karena Pada tradisi tersebut biasanya diisi dengan majlis ilmu yang didalamnya disampaikan sejarah perjalanan hidup nabi Muhammad SAW. Selain itu, Dubellasan juga menjadi momentum untuk “perbaikan gizi” dengan ragam menu makanan dan hidangan aneka buah-buahan yang jarang dijumpai pada bulan-bulan yang lain.

Perayaan maulid tidak berhenti sampai pada tradisi Dubellasan, pada hari berikutnya biasanya ada tradisi Onjangan Molodhan atau Undangan Maulid oleh warga dari rumah ke rumah secara bergantian. Tradisi ini bisa berlangsung sebulan penuh. Jika dalam suatu kampung tersebut banyak orang Madura yang mendiaminya. Disamping itu, tradisi ini menjadi ajang berbagi makanan kepada sanak famili dan tetangga sekitar tanpa membedakan suku dan agamanya.
*) Penulis Buku Khazanah Budaya Madura Kalimantan Barat
Comment